Masih terkait penggunaan disposable circumcision suture device (DCSD), Zheng Zhang seorang Dokter Spesialis Andrologi dari Drum Tower Hospital, China. Bersama kawan-kawannya belum lama ini melakukan penelitian prospective non randomized controlled study, yang membandingkan efektivitas dan kemungkinan komplikasi pada pasien paska tindakan sirkumsisi menggunakan DCSD dengan teknik sirkumsisi konvensional menggunakan jahitan.
Penelitian ini dilakukan pada setidaknya 582 orang pasien, dengan 62 diantaranya mengeluh mengalami phimosis. Penelitian dilakukan antara bulan Juni 2014 hingga Juni 2015, atau kurang lebih selama 1 tahun di rumah sakit dan telah dipublikasikan di jurnal urologi pada tahun 2016.
Pada penelitian ini kelompok DCSD, ada sekitar 295 pasien ikut serta, dengan rata-rata usia 30,4 tahun. Dan pada kelompok sirkumsisi konvensioanl dengan penggunaan jahitan sebanyak 287 pasien dengan usia rata-rata 28,6 tahun. Dalam penelitian, dihitung lamanya waktu sirkumsisi, banyaknya darah yang keluar saat sirkumsisi berlangsung, dan waktu penyembuhan paska tindakan sirkumsisi. Selain itu dinilai juga skala nyeri paska operasi, kenyamanan pasien, hasil estetik penis setelah sirkumsisi dan durasi penyembuhan luka hingga normal.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa novel disposable circumcision suture device (DCSD), memiliki waktu operasi yang lebih singkat, skor nyeri juga lebih ringgan baik saat tindakan dan paska sirkumsisi dilakukan, penyembuhan luka yang lebih cepat dan kenyamanan yang lebih baik dibandingkan dengan teknik sirkumsisi konvensional yang menggunakan jahitan. Disamping itu, angka kejadian hematoma, perdarahan dan infeksi secara signifikan lebih rendah pada kelompok stapler dibandingkan pada kelompok sirkumsisi konvensional.
Dalam penelitian juga dikatakan bahwa phimosis, menjadi salah satu penyumbang besar terjadinya edema pada pasien paska tindakan sirkumsisi dilakukan. Baik pada metode sirkumsisi konvensional maupun pada penggunaan stapler.
Dengan demikian dari penelitian yang dilakukan dr. Zheng Zhang dan kawan-kawan, dapat disimpulkan bahwa stapler atau yang dikenal sebagai disposable circumcision suture device, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode khitan konvensional menggunakan jahitan. Diantaranya waktu sunat yang lebih singkat, proses penyembuhan lebih cepat, minimal rasa sakit, kemungkinan komplikasi paska sirkumsisi lebih kecil (hematoma, perdarahan dan infeksi), lebih nyaman bagi pasien dan hasil estetik yang lebih baik. Sehingga sangat disarankan penggunaannya terutama pada pasien dewasa yang berusia antara 16 hingga 44 tahun.