Pada tahun 2008 lalu, dr. Aldemir seorang urologi asal Turkey, dan kawan-kawan melakukan penelitian mengenai perbedaan penggunaan disposable clamp circumcision (klem sekali pakai) dengan teknik sirkumsisi konvensional, pada bayi dan anak-anak. Dalam penelitian tersebut dinilai lama tindakan sirkumsisi dilakukan, komplikasi paska tindakan dan derajat nyeri yang dialami sang anak saat tindakan dilakukan. Selain itu juga dinilai tanggapan orangtua mengenai hasil sunat secara kosmetik setelah tindakan 6 minggu. Dalam penelitian ini setidakanya 200 anak diikutsertakan dengan rata-rata usia 4,45 tahun.
Hasil penelitian tersebut menunjukan lamanya tindakan sunat menggunakan perangkat klem sekali pakai lebih cepat 10 menit dibandingkan dengan metode sunat konvensional. Dalam penelitian ini rata-rata dokter atau tenaga medis melakukan sunat konvensional selama 18 menit sementara menggunakan perangkat klem sekali pakai dokter hanya membutuhkan waktu 8 menit, hal ini menunjukan perbedaan yang signifikan dan dianggap sangat menggembirakan, baik dari sisi tenaga medis yang melakukan atau dari pasien. Sementara komplikasi yang muncul baik pada sirkumsisi dengan teknik konvensional maupun klem sekali pakai tidak menunjukan adanya perbedaan.
Dalam penelitian ini, dikatakan bahwa dari sisi estetika, prosedur sirkumsisi menggunakan teknik klem sekali pakai juga lebih baik, dibandingkan metode sirkumsisi konvensional. Orang tua juga terbukti lebih nyaman saat mendampingi anak-anaknya melakukan tindakan sirkumsisi dengan metode klem. Baik pada tindakan sunat dengan metode konvensional maupun klem sekali pakai, keduanya tidak terbukti meningkatkan angka kecacatan pada pasien.