Virus Corona dan Corona Matahari
Dalam sepekan terakhir sebuah nama Novel kembali menjadi perbincangan hangat di media-media. Bukan nama Novel dan “sang pelakunya” yang telah ditemukan, melainkan sebuah nama virus baru yang bernama Novel Coronavirus (2019-nCoV) . Setelah didahului oleh pendahulunya yaitu SARS dan MERS, virus corona juga mempunyai kemiripan yaitu menyerang sistem pernafasan manusia. Kehadiran virus corona pertama kali ditemukan di Kota Wuhan – China (kini Tiongkok) pada penghujung tahun 2019.
Panik, China panik, dunia pun panik akan kehadiran virus corona. Sebuah semboyan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” untuk sementara menjadi pertimbangan tersendiri karena beberapa negara berbondong-bondong mengajukan evakuasi warganya yang berada jauh di negeri Tirai Bambu ini. Menurut sumber sejumlah negara telah terkontaminasi oleh wabah virus tersebut[1]. Seperti negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, Australia dan beberapa negara di Benua Biru (Eropa) yang mendapati sejumlah warganya telah terkontaminasi virus corona. Bagaimana dengan di Indonesia ?
‘Bak sebuah lirik apik dalam alunan Rayuan Pulau Kelapa yang menggambarkan kondisi Indonesia yang beriklim tropis. Menurut pakar mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) menyebut iklim tropis membuat virus corona inaktif[2]. Suatu keberkahan tersendiri bagi Indonesia yang berada di negara tropis , sepanjang tahun sinar matahari masih “tersenyum” manis menyinari bumi pertiwi yang ternyata bermanfaat dalam meminimaisir kehadiran virus corona.
Meskipun dikatakan virus corona inaktif di negara tropis seperti Indonesia, sedikit catatan bahwa awal semester merupakan musim penghujan di Indonesia di mana virus dapat berkembang biak pada hawa dingin. Tidak ada salahnya untuk sebuah pencegahan dengan menerapkan perilaku hidup sehat seperti yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization), diantaranya adalah:
- Mencuci tangan secara higienis dengan sabun dan air[3];
- Ketika mengalami sakit batuk, flu dan hidung berair tutup mulut tisu atau siku tangan, buang segera tisu bekas dan langsung cuci tangan;
- Membersihkan tangan setelah kontak dengan hewan;
- Menjaga kebersihan tangan ketika mengalami pilek dan flu;[4]
- Mengkonsumsi makanan dan daging yang dimasak matang;
- Jauhi kontak dengan orang yang sedang sakit demam dan influenza;
- Jauhi untuk tidak datang ke pasar hewan khususnya hewan yang terindikasi sebagai penyebab pandemic virus corona.
Selain menerapkan tujuh pola hidup sehat di atas. Pencegahan lain dari virus corona yang ternyata anatominya (sel) mirip seperti bentuk corona atau mahkota matahari[5] ini dapat dilakukan dengan usaha yang tidak mahal atau bahkan gratis seperti menikmati sinar matahari pagi. Segudang manfaat diperoleh saat kita ‘dicium’ oleh sinar matahari yaitu kondisi badan menjadi lebih sehat dan tentunya kita terbebas dari tiruan “corona matahari” (virus corona) tersebut. Dalam hubungan kasualitas, ayo kita tinggal memilih mau dicium oleh corona matahari atau virus corona ? Mencegah itu lebih baik daripada mengobati bukan?*Nas
**
[1] Sumber internet https://www.dw.com/id/lebih-20-negara-konfirmasi-terkontaminasi-indonesia-kami-bebas-virus-corona/a-52197386 diunduh pada tanggal 31 Januari 2020 pukul 04.00 Wib
[2] Sumber internet https://www.dw.com/id/pakar-mikrobiologi-sebut-iklim-tropis-indonesia-buat-virus-corona-inaktif/a-52195289 diunduh pada tanggal 31 Januari 2020 pukul 04.00 Wib
[3] Sumber internet https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses tanggal 31 Januari 2020 pukul 06.00 WIB
[4] Sumber internet https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public tanggal 31 Januari 2020 pukul 06.00 WIB
[5] Sumber internet https://www.antvklik.com/en/headline/apa-itu-virus-corona-mengapa-begitu-mematikan diunduh pada tanggal 31 Januari 2020 pukul 06.00 WIB